Archives

  • Suku-suku Toraja Barat
    Vol. 7 No. S1 (2023)

    Buku ini sepanjang 2000 halaman merupakan monografi lengkap dari penduduk yang disebut Toraja Barat di Sulawesi Tengah bagian barat. Termasuk monografi ini, uraian geografi, benda-benda pre-histori, sejarah penduduk dan lokasinya, pelapisan sosial, bentuk-bentuk perumahan, institusi perang, kepercayaan, kosmologi dan mitologi, shamanisme, sejarah masuknya Islam ke daerah ini, adat kebiasaan dan upacara di sekitar life cycle, mata pencaharian, pakaian dan perhiasan, makanan dan kerajinan tangan.

     

    Termasuk Jilid ini: Negara dan Rakyat: Daerah Kaili, Sigi, Pakawa, Kulawi, Koro

  • To Bada di Sulawesi Tengah
    Vol. 6 No. S2 (2022)

    Masyarakat suku Bada tinggal di Lembah Bada yang terletak di Kabupaten Poso. Artikel-artikel yang termasuk isu ini ditulis seorang missionaris Belanda Jac. Woensdregt yang bertinggal di antara masyarakat ini sebelum mereka masuk agama Kristen. Uraian yang ditulis diterjemahkan dari Bahasa Belanda ini termasuk bab-bab tentang: Pertanian, Perkawinan, Kehamilan, Anak dan Pemakaman

  • Temuan Megalitik di Sulawesi Tengah
    Vol. 6 No. S1 (2022)

    Temuan Megalitik di Sulawesi Tengah oleh Dr. Walter Kaudern

    Buku ini tentang Batu-batu kuno di pegunungan Sulawesi Tengah (Napu, Behoa, Bada) diterbitkan dalam bahasa inggris tahun 1938. Penulis, seorang antropolog Swedia, singgah di Sulawesi Tengah beberapa tahun dan menyelidiki kebudayaan dan batu megalitik termasuk patung, kalamba (tong)  dan tutuna (penutupnya). Dalam buku ini ia meninjau semua tulisan yang berada dan bandingkannya dengan tinjauan sendiri. Terjemahan ini dilengkapi dengan tautan ke gambar-gambar asli dari batu megalitik yang ada di Museum Kebudayaan Dunia di Swedia, dan ke tulisan penulis lain yang dikutip. Buku ini diillustrasi dengan 15 peta dan 77 gambar.

  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur): Jilid VI
    Vol. 5 No. (S6) (2021)

    Istilah "Toraja" dipakai penulis-penulis ini untul seluruh suku-suku di Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Selatan. Kategori ini dibagi tiga: Toraja Selatan (sekarang di Tana Toraja), Toraja Barat dan Toraja Timur (Para Penutur Bahasa Bare'e, yang sekarang disebut "To Pamona").   Etnografi Panjang ini dibagi 6 jilid. Jilid ini termasuk bab-bab tentang Peternakan, Pakaian dan Hiasan, Kerajinan tangan, Perdagangan, Perburuan, Penangkapan ikan, Tarian dan Musik, Permainan:

    Bab XIX: Peternakan; Bab XX: Pakaian dan Hiasan; Bab XXI: Kerajinan tangan; Bab XXII: Perdagangan; Bab XXIII: Perburuan; Bab XXIV: Penangkapan ikan; Bab XXV: Tarian dan Musik; Bab XXVI: Permainan

  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid V
    Vol. 5 No. s5 (2021)

    Istilah "Toraja" dipakai penulis-penulis ini untul seluruh suku-suku di Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Selatan. Kategori ini dibagi tiga: Toraja Selatan (sekarang di Tana Toraja), Toraja Barat dan Toraja Timur (Para Penutur Bahasa Bare'e, yang sekarang disebut "To Pamona").   Etnografi Panjang ini dibagi 6 jilid. Jilid ini termasuk bab-bab tentang Pertanian, Makanan dan Kemewahan:

    Bab XVII: PertanianBab XVIII: Makanan dan Kemewahan

  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid IV: Perkawinan, Persalinan, Pemakaman
    Vol. 5 No. S4 (2021)

    Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid IV oleh Dr. Albert C. Kruyt dan Nicolaus Adriani    

    Istilah "Toraja" dipakai penulis-penulis ini untul seluruh suku-suku di Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Selatan. Kategori ini dibagi tiga: Toraja Selatan (sekarang di Tana Toraja), Toraja Barat dan Toraja Timur (Para Penutur Bahasa Bare'e, yang sekarang disebut "To Pamona").   Etnografi Panjang ini dibagi 6 jilid. Jilid ini termasuk bab-bab tentang Perkawinan, Persalinan, Pemakaman:

    BAB XIII: Perkawinan, BAB XIV. Kehamilan dan Kelahiran, BAB XV. Anak-Anak, Kematian dan Pemakaman
  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid III: Agama dan Perdukunan
    Vol. 5 No. S3 (2021)

    Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid III oleh Dr. Albert C. Kruyt dan Nicolaus Adriani    

    Istilah "Toraja" dipakai penulis-penulis ini untul seluruh suku-suku di Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Selatan. Kategori ini dibagi tiga: Toraja Selatan (sekarang di Tana Toraja), Toraja Barat dan Toraja Timur (Para Penutur Bahasa Bare'e, yang sekarang disebut "To Pamona").   Etnografi Panjang ini dibagi 6 jilid. Jilid ini termasuk bab-bab tentang Agama dan Perdukunan:

    Bab IX: Dunia Roh, Bab X: Dukun Wanita (Priesteres) dan Pekerejaannya, Bab XI: Penyakit dan Pengobatannya, Bab XII: Islam di Sisi Selatan Teluk Tomini

  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur): JILID II
    Vol. 5 No. S2 (2021)

    Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid II oleh Dr. Albert C. Kruyt dan Nicolaus Adriani     Istilah "Toraja" dipakai penulis-penulis ini untul seluruh suku-suku di Sulawesi Tengah dan sebagian Sulawesi Selatan. Kategori ini dibagi tiga: Toraja Selatan (sekarang di Tana Toraja), Toraja Barat dan Toraja Timur (Para Penutur Bahasa Bare'e, yang sekarang disebut "To Pamona").   Etnografi Panjang ini dibagi 6 jilid. Jilid ini termasuk bab-bab tentang: Bab VI. Perang Bab VII. Alam Semesta Bab VIII. Kehidupan Jiwa
  • Toraja Yang Berbahasa Bare’e dari Sulawesi Tengah (Toraja Timur) Jilid I
    Vol. 5 No. S1 (2021)

    Buku ini tentang kelompok suku-suku yang sekarang dinamakan “To Pamona” dianggap sala satu ethnografi kolonial terbaik di Hindia Belanda. Selain jabatan ahli atropolog mendamping pemerintah, dua penulis ini adalah missionaris yang tinggal bersama penduduk Pamona selama puluhan tahun sebelum mereka masuk agama Kristen. Buku-buku ini diterbitkan pertama tahun 1912-4. Ini terjemahan edisi kedua (1950).

    Terjemahan etnografi panjang tentang suku To Pamona oleh misionaris Albert C. Kruyt dan Nicolaus Adriani ini akan diterbitkan dalam beberapa jilid. Dengan total lebih dari 1500 halaman dalam versi aslinya, terjemahan ini akan dibagi menjadi 6 jilid. Terbitan ini memuat lima bab pertama edisi kedua 1950 dalam bahasa Belanda: 

    BAB I: Daerah dan Rakyat BAB II. Populasi BAB III. Masyarakat BAB IV. Desa dan Rumah BAB V. Konsep Keadilan

    Pembaca harus diperingatkan bahwa buku itu mengandung bahasa rasis.

  • Folktales from the Islamic coastal kingdom of Tojo
    Vol. 4 No. S3 (2020)

    These epic folktales in the Pamonan language of Central Sulawesi were recorded at the turn of the 20th century in the coastal kingdom of Tojo on the Bay of Tomini by the missionary-Linguist Nicolas Adriani, and translated into Dutch. Adriani's transcriptions were translated into Indonesian in Issue 4 Supplement 2. Because of their length and complexity, and Adriani's skill in interpreting the cultural context, Joost Cote has translated this material into English as well, which we present in this issue.

  • Cerita Dongeng Orang-Orang Beragama Islam di Pesisir Teluk Tomini
    Vol. 4 No. S2 (2020)

    Teks , terjemahan dan analisis dari tiga cerita dongeng  pribumi terpanjang yang tercatat pada awal abad kesembilan belas. SAWERIGADING DI TANAH ASING: Mitos I La Galigo di Sulawesi Tengah (Orang Lauje) oleh Jennifer W. Nourse. KISAH SESE nTAOLA: Pengantar dan Terjemahan (Kerajaan Tojo) diterjemahkan oleh N. Adriani. Laolita i Wali mPangipi: Kisah Wali mPangipi  (Kerajaan Tojo) diterjemahkan oleh N. Adriani

  • “Ketika Tulang Belulang Tertinggal”: Kajian Budaya Material Sulawesi Tengah
    Vol. 4 No. S1 (2020)

    “Ketika Tulang Belulang Tertinggal” menelaah pengertian kosmos dan masyarakat yang diekspresikan dalam budaya material penutur Kaili-Pamona Sulawesi Tengah, Indonesia, pada awal 1900-an. Ada dua tema utama: konsep waktu yang terwujud dalam objek nyata, dan hubungan antara manusia dan dunia roh yang tercermin dalam budaya material mereka. Item-item yang dipilih untuk menggambarkan konsep waktu meliputi mas kawin, tulang belulang leluhur dan pusaka, sedangkan transendensi diperiksa melalui atribut dukun, pakaian dan benda-benda ritual. Materi diambil dari museum Eropa dan catatan etnografi ekstensif misionaris awal, pelancong dan sarjana. Yang paling penting adalah tekstil impor dan kain kulit kayu pribumi, tetapi karena karakteristik material yang berbeda dan makna yang diberikan padanya, mereka mencerminkan waktu dengan cara yang berbeda.

  • LOBO 4(1)
    Vol. 4 No. 1 (2020)

    Dalam LOBO edisi kali ini kami menyajikan dua kelompok artikel. Kumpulan tiga artikel pertama mencakup berbagai aspek Kolonialisme Belanda di Sulawesi Tengah selama era “Kebijakan Etis”. Kumpulan kedua dari tiga artikel mengkaji aspek-aspek transformasi kolonial dari lagu dan tarian tradisional di bawah pengaruh negara dan misi di bagian barat provinsi.

  • Kerajaan Mori: Sejarah dari Sulawesi Tengah
    Vol. 3 No. S3 (2019)

    Buku ini mengupas sejarah Kerajaan Mori, salah satu kerajaan di Indonesia yang berkembang sekitar abad ke-16. Wilayah kerajaan ini sekerang menjadi bagian dari wilayah Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah. Edward L. Poelinggomang, sejarawan yang memang memfokuskan perhatian pada kajian sejarah lokal Sulawesi, melalui buku ini menelusuri perkembangan kerajaan itu dari awal hingga meleburkan diri menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia mengeksplorasi sedemikian rupa berbagai sumber sehingga karyanya ini menjadi buku pertama yang secara luas berhasil menguak dinamika internal yang mendasari proses kesejarahan Kerajaan Mori lengkap dengan keadaan sosial-budaya masyarakatnya. Sebuah buku penting sebab bukan saja menyumbangkan kajian sejarah lokal kita yang miskin, tetapi juga pengetahuan kita memang miskin ihwal daerah-daerah dan masyarakat dengan sejarahnya di Indonesia.

  • Kerajaan Mori
    Vol. 3 No. S2 (2019)

    Dalam edisi ini LOBO menerbitkan 3 artikel tentang kerajaan Mori. Artikel-artikel ini menceritakan kontak awal antara pangeran Mori, Marunduh, dan tokoh kolonial Belanda dalam narasi orang pertama. Artikel-artikel tersebut adalah:

    "Dari Poso ke Mori" (1899) oleh dua misionaris N. Adriani dan A.C. Kruyt.

    "Buku Harian Harian Perjalanan dari Tojo ke Mori (Sulawesi Tengah), dan Kembali ke Danau Poso" (1906) oleh pejabat Hindia Belanda F.R. Maengkom.

    "To Mori dari Tinompo" (1924) sebuah etnografi oleh misionaris Jan Kruyt, putra A.C. Kruyt.

  • Bangunan dan Pemukiman di Sulawesi Tengah
    Vol. 3 No. S1 (2019)

    Buku ini berinci gambar dan denah bangunan dari pemukiman di pegunungan Sulawesi Tengah pada tahun 1918. Buku asli ditulis oleh Walter Kaudern, seorang Swedia, diterjemahkan ke Bahasa Ingris dan dicetak 1925. Buku ini terjemahannya dalam basa Indonesia. Penulis mengkategorikan bangunan-bangunan pada orang Toraja Sulawesi Tengah atas 3 bentuk, pertama, Balai sakral (lobo) yang meliputi 7 tipe yakni tipe-tipe: Kulawi, Pipikoro, Mopahi, Lindu, Towulu, Bada-Besoa, Boku. Kedua, bangunan rumah tinggal yang meliputi 3 buah tipe, yakni tipe rumah Kulawi, tipe rumah Napu-Besoa-Koro dan tipe rumah Kaili-Sigi. Ketiga, Lumbung yang meliputi 2 tipe, yakni tipe gampiri, dan tipe paningku. Penulis menyebutkan bahwa perbedaan di antara ketiga bentuk bangunan tempat tinggal disebabkan oleh struktur bagian bawah rumah yang mempengaruhi bentuk bangunan atasnya.  Untuk memastikan bahwa gambar-gambar tersedia dalam semua detail yang ada, dalam terjemahan ini hyperlink disediakan ke arsip foto daring dari foto-foto asli di Swedia; dan untuk versi denah lantai yang lebih besar.

  • LOBO JILID 3
    Vol. 3 No. 1 (2019)

    Artikel-artikel ini adalah terjemahan dari publikasi berbahasa Inggris yang diulas sejawat tentang Sulawesi Tengah yang telah muncul di jurnal lain. Artikel-artikel tersebut mencakup berbagai topik mulai dari aturan kerajaan tradisional hingga penambangan mika, serta membahas sebagian besar wilayah di Sulawesi Tengah dari Lauje di utara hingga To Pamona di timur.

  • Laolita nTo Pamona (Cerita Dongeng Orang Pamona)
    Vol. 2 No. 1 (2018)

    Isu cerita rakyat Pamona ini adalah isu pendamping kamus Bahasa Pamona-Indonesia di Isu 1. Cerita rakyat ini direkam oleh ahli bahasa misionaris N. Adriani pada pergantian abad kedua puluh.

    This volume of Pamonan folktales is  a companion volume to the Bahasa Pamona-Indonesian dictionary in Volume 1. These folktakes were recorded by the missionary linguist N. Adriani at the turn of the twentieth century.

    Cerita Rakyat To Pamona dari Sulawesi Tengah, ditranskripsi oleh N. Adriani (Bare'e Verhalen 1932); dicetak ulang dengan Ejaan Yang Disempurnakan.

    Folktales of the To Pamona of Central Sulawesi, as transcribed by N. Adriani (Bare'e Verhalen 1932); reprinted in the new Indonesian orthography (Ejaan Yang Disempurnakan). 

  • Kamus Bahasa Pamona-Indonesia oleh Bapak Dj. Tiladuru (Pamona - Indonesia Dictionary)
    Vol. 1 (2017)

    Kamus ini tertulis antara 1996 dan 1997 oleh Bapak Dj. Tiladuru, prinsip pensiunan SMP (SMPT) di Tentena. Proyek ini muncul dari pelajaran bahasa Pamona yang diberikan oleh Bapak Tiladuru kepada saya. Setelah menunjukkan  sebuah kamus bahasa Pamona-Belanda ditulis misionaris N. Adriani (Bare’e-Nederlandsch Woordenboek (Brill, 1928)) kepada Bapak Tiladuru, kami sepakat bahwa kamus yang dapat diakses dalam Bahasa Indonesia harus menjadi prioritas. Bapak Tiladuru prihatin bahwa perubahan linguistik dan budaya pada abad ke-20 akan menghasilkan erosi kelancaran berbahasa Pamona masa depan. Bersama-sama, kami memulai proyek kamus ini tanpa pemahaman nyata tentang kendala yang akan kami hadapi. Ukuran besar dari tugas akhir, dan kesulitan kompetensi jarak dan linguistik, menghasilkan periode produksi hampir 20 tahun. Perubahan teknologi dalam interim telah memungkinkan kamus diedarkan secara gratis sebagai PDF akses terbuka yang dapat dicari sepenuhnya.

     

    This dictionary was written between 1996 and 1997 by Bapak Dj. Tiladuru, the retired principle of the Junior School (SMPT) in Tentena. The project emerged out of the Pamona language lessons Bapak Tiladuru gave Albert Schrauwers. After showing Bapak Tiladuru a copy of missionary linguist N. Adriani’s thousand page Pamona-Dutch Dictionary (Bare’e-Nederlandsch Woordenboek (Brill, 1928)) the two agreed that an accessible work in Bahasa Indonesia should be a priority. Bapak Tiladuru was concerned that the linguistic and cultural changes of the twentieth century would result in the slow erosion of future Pamona speakers fluency. Together, we embarked on this dictionary project with no real understanding of the obstacles that we would face. The sheer size of the final work, and the difficulties of distance and linguistic competencies, resulted in an almost 20 year production period. Technological change in the interim has allowed for the dictionary to be circulated for free as a fully searchable open-access PDF.