RAJA DAN PERJANJIAN
Orang asing sebagai raja dan kontrak sosial di Sulawesi
DOI:
https://doi.org/10.25071/2563-2418.9Keywords:
Kerajaan, Kontrak Sosial, SulawesiAbstract
Orang asing sebagai raja jamak dibahas sebagai ‘mitos politik’, dan subyek ini banyak ditulis dalam bingkai antropologi strukturalisme yang menyarankan bahwa mitoslah yang menentukan politik. Dengan kata lain, sebagian masyarakat telah dikutuk oleh budaya sendiri sehingga harus diperintah orang asing, dan setiap bangsa — sebagaimana kaum aristokrat Perancis seusai Revolusi — pasti mendapatkan yang sudah ditakdirkan kepada mereka. Pandangan yang berlawanan — mungkin dapat disebut sebagai pendekatan ‘realisme brutal’ terhadap raja orang asing — mengatakan bahwa mitos yang menangkat orang asing sebagai raja hanya berfungsi menempelkan martabat bagi sejarah penaklukan dan penindasan yang nyata. Kajian ini akan menggunakan pendekatan berbeda, dapat diringkas sebagai (meskipun dengan penyederhaan yang serupa) ‘perspektif pilihan rasional’. Kecenderungan dasar untuk menerima orang asing sebagai penguasa bukanlah sebuah mitos, juga bukan konsekuensi dari sebuah mitos, melainkan cara untuk memaksimalkan keuntungan dan meminimalisir kelemahan sentralisasi politik.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2019 David Henley, Ian Caldwell
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.